2/07/2013

0 The World Is Big and Salvation Lurks Around the Corner (2008)



Judul asli: Svetat e golyam i spasenie debne otvsyakade
Sutradara: Stefan Komandarev
Pemain: Miki Manojlović, Carlo Ljubek, Hristo Mutafchiev, Ana Papadopulu

Tema pencarian identitas umum dijumpai dalam film-film perjalanan. Seseorang yang kehilangan ‘identitasnya’ melakukan perjalanan ke sebuah tempat, secara sadar ataupun tidak, demi mencari ‘sesuatu’ yang hilang dari dirinya. Seperti yang kita ketahui, perjalanan tersebut tidak semata-mata secara fisik, tetapi lebih menjurus pada perjalanan spiritual. Lewat pengalaman yang ditemui selama perjalanan itu, sang tokoh mendapatkan, katakan saja, kekayaan batin ataupun semacam pencerahan – sesuatu yang membuat dirinya bisa memaknai kembali kehidupannya. Sesederhana itu alur ceritanya.

Stefan Komandarev mengadopsi alur cerita tersebut dengan taat dalam “The World Is Big and Salvation Lurks Around the Corner.” Tokoh sentralnya adalah Sashko, seorang pemuda emigran asal Bulgaria yang tinggal di Jerman. Ya, begitulah. Emigran yang tinggal di tempat asing adalah kata kuncinya. Kita pun seakan mahfum jika persoalan siapa dan bagaimana menempatkan dirinya dalam perbedaan budaya menjadi kendala umum di kalangan emigran. Persoalan rumit dan kompleks yang tak akan selesai dibahas dalam beribu-ribu halaman buku. Tapi tenang saja, Komandarev sepertinya tak ingin membuat penontonnya mengerutkan dahi dan lebih memilih untuk menarasikan kisahnya dalam bentuk paling sederhana dan memikat.

Kisahnya dimulai dari kelahiran bayi Sashko di sebuah tempat di Balkan dimana “Eropa berakhir tapi tak pernah bermula.” Kisah selanjutnya melompat ke masa Sashko muda, bersama ayah ibunya bermobil menuju Bulgaria untuk pertama kalinya sejak beremigrasi. Tapi malangnya, mereka mengalami kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ayah ibunya. Sashko selamat dan berangsur-angsur pulih secara fisik tapi tidak dengan ingatannya. Mengetahui hal itu, kakeknya Bai Dan, seorang juara lokal permainan backgammon, mencoba membantunya memulihkan ingatan tentang masa lalunya sekaligus jati dirinya dengan mengajaknya bersepeda menuju tanah kelahirannya diselingi dengan permainan backgammon yang filosofis.

Dengan serangkaian kilas balik di sepanjang film, kisah Sashko kecil pun disampaikan untuk melengkapi keutuhan kisah hidup Sashko. Keluarganya – ayah, ibu, kakek, dan nenek – tinggal di Bulgaria di masa pemerintahan komunis yang mengekang kehidupan masyarakatnya. Kakeknya yang berwatak keras suatu kali menyindir pejabat partai yang berkuasa. Perbuatan itu secara tak langsung membuat keluarganya tersudut, dan memaksa ayah ibunya untuk bermigrasi, tentunya secara ilegal.

Satu hal menarik yang saya tangkap dari film ini mengenai dua perjalanan yang dilakukan oleh karakter Sashko, yang pertama ketika dia bermigrasi ke Jerman dan kemudian ketika dia bersama kakeknya bersepeda menuju Bulgaria. Melalui mata Sashko kecil kita diajak berjalan dari lingkup tradisional menuju kemegahan modernitas. Kemudian saat tersesat dalam modernitas, dalam kasus Sashko hal ini diwujudkan dalam bentuk amnesia, kita diajak untuk meninggalkan sejenak modernitas dan kembali menuju akar tradisinya. Inilah perjalanan spiritual yang dilakukan oleh Sashko, menggali jati dirinya agar dia bisa mendefinisikan dirinya dalam dunia modern yang asing. Jati diri adalah pegangan manusia di tengah carut marutnya dunia modern.

Film yang diangkat berdasarkan novel semi biografis karya Ilija Trojanov ini mencoba menawarkan perspektif lain dalam kehidupan totalitarian menjelang keruntuhan rezim komunisme di Eropa Timur lewat kacamata sebuah keluarga kecil dan segala seluk beluk permasalahan yang dihadapi oleh mereka. Meskipun alur ceritanya sangat sederhana, mudah ditebak dan, dalam taraf tertentu, mendekati klise, tak mengurangi kenikmatan menyimak kisah yang berakhir bahagia ini. Banyaknya pesan-pesan moral maupun filosofis yang terselip dalam obrolan-obrolan ringan di sela-sela permainan backgammon disertai panorama pegunungan yang menawan di sepanjang perjalanan kedua tokohnya merupakan nilai tambah tersendiri bagi film ini.
 

Kala Ireng Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates