1/04/2013

0 Prisoner of the Mountains (1996)


Judul asli: Kavkazskiy plennik
Sutradara: Sergei Bodrov
Pemain: Sergei Bodrov Jr., Oleg Menshikov,
Jemal Sikharulidze, Susanna Mekhralieva


Perang itu absurd. Perang itu sia-sia. Perang itu tak ada gunanya. Sentimen anti perang semacam itu sangat lazim ditemui dalam film-film anti-perang, yang biasanya mengupas persoalan mengenai tempat manusia dalam gejolak perang. Itulah yang disampaikan secara liris dan menggugah oleh Sergei Bodrov dalam Prisoner of the Mountains, yang mencoba menggambarkan absurditas perang dengan lebih seimbang dan lebih personal.

Film yang diangkat dari cerpen karya pujangga besar Rusia, Leo Tolstoy, ini berlatar konflik antara pemerintah Rusia dengan Chechnya. Sejak Tolstoy menulis cerpennya kurang lebih satu setengah abad yang lalu, situasi konflik tak banyak berubah, bahkan semakin memanas pada pertengahan tahun 1990-an. Pengambilan gambar film ini bahkan terjadi beberapa saat sebelum meletusnya pemberontakan Chechnya, dan lokasinya pun hanya berjarak beberapa km dari lokasi peperangan.

Menceritakan dua orang tentara Rusia, Sasha (Oleg Menshikov) dan Vanya (Sergei Bodrov Jr.), yang ditawan oleh seorang gerilyawan muslim, Abdul Murat (Jemal Sikharulidze). Gerilyawan muslim biasanya tak pernah mengambil tawanan perang, tetapi Abdul tak punya pilihan lain setelah putranya ditawan oleh pihak Rusia. Sasha dan Vanya hendak dijadikan sebagai alat barter bagi putranya.

Di tengah-tengah penantiannya sebagai tawanan perang, kedua tawanan tersebut, yang karakternya sangat berbeda, mulai menjalin persahabatan. Sasha adalah seorang veteran yang gila perang dan keras kepala. Dia bergabung dengan militer karena “dia bodoh, menyukai senjata dan membutuhkan uang.” Awalnya dia merasa terganggu dengan Vanya, seorang prajurit baru yang masih naif, belum pernah sekalipun menembakkan senjatanya, dan mengkhawatirkan nasibnya selama ditawan. Tapi pada akhirnya dia menjadi pembimbing dan pelindungnya.

Lamanya masa penahanan rupanya menjadi pengalaman baru bagi si hijau Vanya. Dari hasil pengamatan sehari-hari, dia mulai memahami kehidupan orang-orang pegunungan tersebut, dan juga menjalin pertemanan dengan putri bungsu Abdul, Dina (Susanna Mekhralieva). Dina adalah satu-satunya karakter yang memandang kedua tawanan tersebut sebagai manusia, bukan sebagai musuh. Melalui interaksi dua orang inilah kita disuguhi penilaian betapa perang sebagai justifikasi melakukan pembunuhan itu sangat tak masuk akal.

Sergei Bodrov menyampaikan pesan humanisme universal ini dalam bentuk sederhana, disertai gambaran lanskap pegunungan yang indah dan tenang – sebagai gambaran kontras terhadap riuh peperangan – dan juga dialog yang kental dengan humor ironis. Sebagai pengingat tentang absurditas perang, film ini bisa dibilang berhasil menyajikannya dengan ringan namun tanpa kehilangan bobotnya.


 

Kala Ireng Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates