11/01/2012

0 Shadowlands (1993)


Sutradara: Richard Attenborough
Pemain: Anthony Hopkins, Debra Winger

Shadowlands adalah sebuah film yang diangkat berdasarkan kisah nyata mengenai hubungan asmara C. S. ‘Jack’ Lewis, penulis Narnian Chronicles, dengan Joy Gresham, seorang penyair Amerika. Berlatar di Oxford, Inggris pada tahun 1950-an, film ini mengeksplorasi tema kesedihan dan kehilangan dengan sangat mendalam.

Selama bertahun-tahun, Jack (Anthony Hopkins) menjalani hidup dengan pola yang sama. Dia adalah seorang pengajar di Oxford dan seorang penulis yang hidup tenang bersama saudaranya. Berkat karyanya, Narnia dan beberapa buku tentang teologi, dia disegani oleh sesama kolega di Oxford dan menuai popularitas dari para pengagum di seluruh dunia. Namun semuanya berubah ketika dia bertemu seorang pengagum dari Amerika, Joy Gresham (Debra Winger).

Disinilah drama sesungguhnya berlangsung. Seorang perempuan Amerika yang ‘tidak cuma memiliki jiwa tetapi juga otak’ masuk kedalam lingkaran intelektual Oxford yang didominasi dan memuja kecemerlangan kaum pria. Akan tetapi gangguan ala Amerika itu bukan intinya. Perlahan-lahan, Jack yang kaku dan dingin – mengingatkan saya pada karakter James Stevens dalam Remains of the Day yang juga diperankan secara brilian oleh Hopkins – menaruh simpati pada Joy. Mereka kemudian menikah, pertama secara teknis, untuk membantu Joy memperoleh ijin tinggal di Inggris, dan yang kedua, setelah Joy menderita kanker dan Jack harus merawatnya, benar-benar menikah secara agama karena mereka berdua adalah penganut yang taat. Mereka saling mendalami perasaan kasih itu untuk sesaat, sebelum akhirnya Joy meninggal dunia. Di titik ini, Jack yang sering memberikan ceramah tentang cinta, kesedihan dan takdir manusia di tangan Tuhan, diuji oleh teorinya sendiri tentang apa itu kehilangan dan kesedihan.

Sebuah film yang diangkat berdasarkan kejadian nyata, apapun kejadian nyata itu, merupakan subjek yang akan diinterpretasi, dan juga mis-interpretasi, oleh para pengamat atau seseorang yang mengetahui kejadian itu, berdasarkan perspektifnya sendiri. Tafsiran akan kejadian nyata itu bisa menjadi perdebatan yang tak berkesudahan, apalagi jika menyangkut seorang figur terkenal seperti C. S. Lewis. Bagi pengagum Lewis, ketiadaan karakter J. R. R. Tolkien, sosok terkenal lain yang juga sahabatnya, merupakan dosa terbesar film ini. Itu seperti memfilmkan Don Quixote tanpa menyertakan Sancho Panza. Tak bisa dimaafkan, apapun apologinya.

Terlepas dari itu, menyajikan kisah kehidupan seorang sosok terkenal hanya dalam waktu sekitar 2 jam – rata-rata durasi film, merupakan hal yang sulit. Saya pribadi dapat memaklumi alasan Richard Attenborough yang hanya fokus pada aspek romansa antara Lewis dengan Gresham saja. Meskipun tak lengkap, hal itu menurut saya tak mengurangi kualitas film ini sebagai sebuah gambaran kehidupan tahap akhir dari seorang C. S. Lewis. Secara keseluruhan, Attenborough, yang sepertinya mengkhususkan dirinya pada pembuatan film biografi (Gandhi, misalnya), berhasil membuat film ini sangat menyentuh. Dialog yang kaya dan padat, serta penampilan mengagumkan dari Anthony Hopkins dan Debra Winger membuat film ini sangat layak untuk dinikmati.

0 comments:

Post a Comment

 

Kala Ireng Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates